Rokok Kretek

Rokok dan kretek memiliki definisi yang berbeda. Tapi biarkanlah saya menyebut rokok kretek untuk rokok yang tidak berfilter. Saat ini lebih banyak orang yang memilih rokok filter. Alasan yang paling sering dilontarkan bagi mereka perokok filter adalah karena rokok kretek adalah rokoknya tukang, kuli bangunan ataupun supir angkutan. Kalau di kampus saya dikenal dengan istilah "Perek" atau kependekan dari pecinta rokok kretek.

Dulu ketika saya berada di Makassar pernah di ledekin orang satu kampus, salah satu kampus besar disana. Gara-gara saya merokok rokok kretek. Mereka terbiasa dengan rokok putih. Dan Kemarin sore saya diminta tolong untuk membelikan rokok oleh teman-teman yang ada dikampus. Mereka sedang masak-masak kangkung hasil panen kebun kita. Saya belikan rokok kretek, dan ternyata yang meminta dibelikan rokok adalah adik angkatan (kebanyakan). Lalu salah satu dari mereka bilang "Jangkrik, mosok rokok kretek ! koyok simbah-simbah ae...", "Yen ora gelem yowes kene baleke....", sahutku. Ya, mereka juga terbiasa dengan rokok putih.

Alasan saya memilih rokok kretek (non-filter) sebenarnya sangat sederhana, yakni karena Ia tidak memiliki filter. Karena filter yang terbuat dari bahan semacam gabus jika dibuang di alam bebas sulit untuk diurai. Bagi saya rokok filter tidak ramah lingkungan. Selain itu karena memang rokok kretek rasanya lebih nikmat dari rokok filter. Saya sering membeli produk rokok yang tidak ada plastik pada kemasannya. Agar saya tidak nyampah.

Bagi orang yang tidak suka rokok kretek, mereka bilang bahwa rokok kretek itu berat bila di hisap. Mungkin karena hidup mereka sudah berat jadi tidak ingin menambah beban hidupnya (just kidding). Setiap orang berhak untuk memilih, termasuk pilihan untuk merokok. Namun yang perlu di ingat adalah apakah sesuatu yang kita lakukan itu merugikan orang lain atau tidak. Bagi saya merokok rokok kretek setidaknya mengurangi dampak negatif pada lingkungan sekitar. 

Saya memiliki banyak cita-cita. Salah satunya adalah dapat memproduksi rokok sendiri untuk diri saya sendiri. Saya menanam tembakau, cengkeh dan jagung sendiri yang kemudian saya racik menjadi sebuah rokok kretek yang nikmat. Namun saya selalu gagal menanam tembakau, dan nampaknya saya harus banyak belajar tentang cara bercocok tanam. Karena cita-cita saya yang lain menjadi seorang petani.

Di luar kontroversi seputar rokok, Ia tetaplah favorit banyak orang di Indonesia bahkan dunia. Maka yang perlu kita lakukan (bagi perokok) adalah menghormati orang-orang disekitar kita. Janganlah merokok di depan anak-anak dan di tempat-tempat yang di larang merokok. So, please smoke with style...

Comments

  1. Terima kasih, mari kita lestarikan budaya kita sendiri :)

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Post a Comment