Pangan Lokal

Pangan lokal itu apa? Pangan yang tidak di impor dari daerah lain? Atau pangan yang dihasilkan dari benih setempat? Ada yang bilang pangan lokal itu singkong, ubi, garut, ganyong, gembili, gembolo atau apapun yang berbau ndeso. Yang jelas pangan lokal tidak populer di telingan anak muda yang doyan kfc dan mcd. #eh

Pemandangan yang relatif wajar terlihat saat seorang perempuan kecil makan pop corn di stand produk pangan lokal di Bantul Expo 2012. Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 7 sampai 14 Juli 2012 di Pasar Seni Gabusan, Bantul. Ternyata si anak adalah puteri dari pembuat kripik dan tepung pisang di workshop tersebut. Hanya segelintir mahasiswa yang bergumam atas pemandangan tersebut. Mereka kebetulan lewat hanya untuk memastikan bahwa kekayaan alam kita sebenarnya sangat sangat cukup memberi makan kita tanpa harus mendatangkan makanan dari tempat lain.

Bagaimana tidak, setiap kecamatan di Bantul selalu menghasilkan cemilan keripik dari bahan pangan lokal dan juga dari tepung singkong (mocaf). Setiap kecamatan memiliki stand yang memamerkan produk pangan tersebut. Yakinlah sumpah, setiap kecamatan menghasilkan pangan lokal itu. Hey, kita tidak kekurangan pangan bung !

Kita sedang tidak membahas mengapa kita selalu makan nasi, tetapi mengapa pangan yang dihasilkan oleh mereka tidak dikonsumsi sendiri. Mengapa petani kita "menjual apa yang mereka tanam dan memakan apa yang mereka beli." Kalau seperti itu sistem pangan menjadi absurd, bukankah lebih simple jika pangan tersedia di dekat rumah sendiri. Namanya petani kan bisa menanam tanaman apapun, termasuk tanaman yang bisa dipanen untuk mereka konsumsi sendiri.

Para pengolah pangan lokal yang kebanyakan wanita tani tersebut mengelukan sulitnya pemasaran produknya. Tetapi begitu ada yang menawari kerjasama mereka kelabakan memenuhi permintaan perusahaan industri makanan. Permintaan perusahaan yang beberapa ton dan kontinyu berat bagi mereka.

Sebuah kemajuan jika melihat maraknya produk pangan lokal di Bantul. Tetapi sebuah kemunduran jika dilihat dari dialektika pangan, dan alur panjang pemasaran. Membuat masyarakat merdeka atas pangan mereka sendiri adalah sebuah pilihan. Memilih cara yang absurd ataupun yang simple. Kita tahu bahwa semua orang bebas memilih dan menerima risiko atas pilihan mereka.

Gambaran anak kecil tersebut merefleksikan masa depan. Jangan-jangan saat ini pangan lokal hanya digalakkan pada generasi tua sementara anak kecil tetap tidak tahu. Atau mungkin saat ini baru tahap awal, gagasan tentang pangan lokal belum menyentuh generasi muda. Tampaknya mereka perlu dipaksa secara halus.

Comments

Post a Comment