Sebuah Dilema

Sudah cukup banyak ilmu yang saya dapatkan, beberapa tentang teknis dalam pertanian. Hal itu saya dapatkan dari petani yang sudah menerapkannya. Ilmu meskipun tidak seperti uang yang semakin dibagi semakin habis, tetapi kita tidak boleh asal-asalan membagikannya. Pengetahuan tentang teknis pertanian itu akan saya bagikan untuk petani agar menjadi mandiri. Bukan untuk membuatnya menjadi addicted kepada kita.

Beberapa hari yang lalu saya ditawari tetangga untuk berjualan pupuk cair organik. Dia meyakinkan saya kalau pasar bisa dia carikan. Dia juga bilang kalau itu bisa mensejahterakan petani.

Kalau saya terima tentu saja akan banyak uang yang masuk di kantung saya. Akan tetapi itu tidak akan memajukan kemandirian petani. Serba salah memang, embel-embel organik sekarang bisa disalahgunakan. Mengapa? karena industri pupuk dan pestisida bisa memakainya untuk meningkatkan penjualan produk-produknya itu. Dan sekali lagi, hal itu akan membuat petani ketergantungan.

Di beberapa dusun, saya berbagi pengetahuan tentang cara-cara membuat sarana produksi yang ramah lingkungan. Karena sebenarnya mereka bisa membuat sendiri dengan bahan-bahan yang ada di lingkungan mereka sendiri. Di desa tidak ada alasan untuk bilang langka bahan untuk membuat pupuk ataupun pestisida yang ramah lingkungan. Apapun yang kelihatannya baik apabila sudah masuk mekanisme pasar pasti akan membuat petani terpuruk. Believe it !

Ya, mungkin karena ketidak-tahuan dan himpitan kebutuhan ekonomi tetangga saya dengan antusias menawarkan hal itu. Yang jelas saya akan menolaknya. Mohon maaf.

Petani yang mandiri adalah petani yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan berbagi ilmu kepada orang lain....

Comments