Wanita Afrika

Waktu ke rumah Pak Banning beberapa hari yang lalu, dia bercerita sebuah anekdot. Tapi menurut dia ini kisah nyata. Cerita ini lumayan bisa digunakan untuk bahan renungan tentang feminisme.

Begini ceritanya, ketika Hillary Clinton masih menjadi isteri presiden Amerika, Ia ikut rombongan kepresidenan berkunjung ke sebuah negara di Afrika. Seperti kunjungan-kunjungan sebelumnya Hillary selalu bertemu dengan wanita setempat. Hillary sangat prihatin dengan keadaan disana, menurutnya masyarakatnya masih miskin. Wanita disana mengerjakan sawah dan menggembalakan ternak untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Lalu Ia pun mulai berinteraksi dengan para wanita Afrika. Salah satu wanita bercerita bahwa Ia memiliki belasan hektar sawah dan sapi, Ia juga bilang "saya bisa hidup dari hasil ladang dan peternakan". Lalu Ia pun bertanya "Kalau saya punya sawah dan sapi, nyonya punya apa? Hidup dari apa?" kemudian Hillary menjawab "Oh, saya isteri seorang presiden, saya mendapat nafkah dari suami saya".

Dan ternyata setelah rombongan pulang, wanita-wanita tadi bergosip, lalu salah satu dari mereka bilang "Wah kasihan sekali Hillary, dia masih menggantungkan hidup dari suaminya, tidak punya sawah dan ternak seperti kita". Hillary mengira wanita disana miskin karena hanya hidup dari pertanian dan tidak memiliki uang, tetapi wanita Afrika mengira Hillary hidupnya kasihan karena masih bergantung pada suaminya. Nah, disini lah terjadi beda persepsi tentang kesejahteraan. Jadi, apakah kesejahteraan dapat diukur dengan uang? Big NO...

Comments