Saya pikir setiap orang punya hak atas tanah. Bagaimana tidak, kita semua hidup di atas tanah dan kita makan dari tanaman yang ditanam di tanah. Lantas siapakah yang paling berkuasa atas tanah? ataukah tidak ada yang berkuasa melainkan kita semua harus berbagi satu sama lain untuk menggunakannya. Banyak orang yang mungkin akan memlih untuk berbagi.
Tanah di satu tempat tidak akan selamanya subur, dalam waktu tertentu tentu akan mengalami penurunan tingkat kesuburannya apalagi telah dimanfaatkan oleh manusia. Oleh karenanya satu manusia di sebidang tanah akan mencari makan di tanah yang lain yang lebih subur. Tanah yang lain tentu juga dikelola oleh manusia lainnya. Maka terjadi interaksi untuk saling berbagi satu orang dengan yang lainnya. Itulah juga mungkin Tuhan memerintahkan kita semua untuk mengenal orang lain agar kita bisa bertahan hidup.
Di jaman yang modern banyak model modifikasi lingkungan yang dapat memperlama usia subur suatu lahan. Meskipun demikian sifatnya hanya memperpanjang umur kesuburannya, karena suatu saat pasti juga akan kehilangan tingkat kesuburannya. Oleh karena itu mungkin tingkat interaksi manusia untuk saling menolong juga berkurang. Akibatnya tingkat empati, simpati dan tenggang rasa terhadap orang lain juga berkurang. Akibatnya juga konflik tanah sering terjadi. Kegiatan pertanian yang memperlihatkan kegigihan, kerja keras,dan ketekunan dapat berputar 180 derajat menjadi kegiatan yang kejam karena konfik yang terjadi.
Saya malas membahas kasus mesuji yang juga merupakan "konflik tanah" yang banyak dibicarakan orang. Yang jelas itu adalah efek dari perpanjangan usia subur suatu lahan, artinya perusahaan pertanian "besar" dapat meningkatkan produksi dan memperoleh keuntungan dalam waktu yang relatif lama. Faktor waktu menjadi penting bagi sebuah perusahaan, semakin lama memperoleh keuntungan semakin berjaya. Namun sekali lagi semakin lama memperpanjang usia kesuburan tanah/lahan maka semakin menurunkan keperdulian kita kepada mahluk lainnya. Semoga Tuhan menunjukkan jalan. Amin.
Tanah di satu tempat tidak akan selamanya subur, dalam waktu tertentu tentu akan mengalami penurunan tingkat kesuburannya apalagi telah dimanfaatkan oleh manusia. Oleh karenanya satu manusia di sebidang tanah akan mencari makan di tanah yang lain yang lebih subur. Tanah yang lain tentu juga dikelola oleh manusia lainnya. Maka terjadi interaksi untuk saling berbagi satu orang dengan yang lainnya. Itulah juga mungkin Tuhan memerintahkan kita semua untuk mengenal orang lain agar kita bisa bertahan hidup.
Di jaman yang modern banyak model modifikasi lingkungan yang dapat memperlama usia subur suatu lahan. Meskipun demikian sifatnya hanya memperpanjang umur kesuburannya, karena suatu saat pasti juga akan kehilangan tingkat kesuburannya. Oleh karena itu mungkin tingkat interaksi manusia untuk saling menolong juga berkurang. Akibatnya tingkat empati, simpati dan tenggang rasa terhadap orang lain juga berkurang. Akibatnya juga konflik tanah sering terjadi. Kegiatan pertanian yang memperlihatkan kegigihan, kerja keras,dan ketekunan dapat berputar 180 derajat menjadi kegiatan yang kejam karena konfik yang terjadi.
Saya malas membahas kasus mesuji yang juga merupakan "konflik tanah" yang banyak dibicarakan orang. Yang jelas itu adalah efek dari perpanjangan usia subur suatu lahan, artinya perusahaan pertanian "besar" dapat meningkatkan produksi dan memperoleh keuntungan dalam waktu yang relatif lama. Faktor waktu menjadi penting bagi sebuah perusahaan, semakin lama memperoleh keuntungan semakin berjaya. Namun sekali lagi semakin lama memperpanjang usia kesuburan tanah/lahan maka semakin menurunkan keperdulian kita kepada mahluk lainnya. Semoga Tuhan menunjukkan jalan. Amin.
Comments
Post a Comment