Untuk menyebarluaskan cara bertani ramah lingkungan bukanlah perkara yang mudah. Masyarakat sudah enjoy dengan cara mereka sendiri. Untuk melakukan itu seringkali kita disebut sebagai Marcopolo yang memberi tahu orang Indian "Hey orang indian, aku menemukan Amerika !". Begitulah kira-kira, seperti orang kota mengajari orang desa bertani.
Strategi disusun, lalu diterapkan. Pemberdayaan masyarakat itu bagaikan seseorang yang menemukan rumah baru. Para agen pemberdaya masyarakat perlu mencari pintu masuknya. Lalu mereka masuk rumah dan menatanya agar rumahnya nyaman untuk dihuni.
Di desa lain, pertanian ramah lingkungan sudah banyak diwacanakan dan diterapkan, tetapi sudah menjadi rahasia umum bahwa itu hanyalah formalitas. Di lereng Merapi, mereka menemukan pintu masuk dari bencana erupsi (salah satu kasus). Pasca erupsi lahan-lahan produktif tertutup abu vulkanis. Agar petani bisa tetap menanam maka muncul program recovery lahan tersebut. Lahan di sawah terlalu lebar untuk di recovery, pekarangan menjadi terget selanjutnya.
Salah satu program tersebut adalah tasapot "Mbok Luwih". Kata Suster Rosari penggagasnya adalah Romo Kirjito, saat itu Ia masih di Gereja Sumber. Katanya pula, Mbok Luwih tidak hanya membantu petani tetap bertani pasca erupsi tetapi juga mengajak petani untuk bertani dengan cara-cara yang ramah lingkungan.
Pintu masuk tersebut di masuki pula gagasan tentang pertanian ramah lingkungan. Mumpung objeknya sempit yakni di pekarangan. Kalau tidak terjadi erupsi dan lahannya rusak mana mau petani bertani secara ramah lingkungan. Sudah tahu kan jawaban petani, "Hasilnya nggak sebagus di mes mas". Di lahan sesempit pekarangan tanaman bisa dikelola secara intensif tanpa harus pergi jauh dari rumah. Tanaman bisa mendapatkan lebih banyak perhatian tanpa di mess. Itulah intinya pertanian bukan tentang input yang dipakai tetapi tentang cara merawat tanamannya.
Pintu masuk, kadang berada di depan rumah. Orang yang punya rumah pasti sudah hafal dengan pintu masuk tersebut. Cobalah cari pintu yang lain yang bisa membuat tuan rumah percaya dengan kamu. Jadilah saudaranya maka kamu akan dipercaya tuan rumah.
Strategi disusun, lalu diterapkan. Pemberdayaan masyarakat itu bagaikan seseorang yang menemukan rumah baru. Para agen pemberdaya masyarakat perlu mencari pintu masuknya. Lalu mereka masuk rumah dan menatanya agar rumahnya nyaman untuk dihuni.
Di desa lain, pertanian ramah lingkungan sudah banyak diwacanakan dan diterapkan, tetapi sudah menjadi rahasia umum bahwa itu hanyalah formalitas. Di lereng Merapi, mereka menemukan pintu masuk dari bencana erupsi (salah satu kasus). Pasca erupsi lahan-lahan produktif tertutup abu vulkanis. Agar petani bisa tetap menanam maka muncul program recovery lahan tersebut. Lahan di sawah terlalu lebar untuk di recovery, pekarangan menjadi terget selanjutnya.
Salah satu program tersebut adalah tasapot "Mbok Luwih". Kata Suster Rosari penggagasnya adalah Romo Kirjito, saat itu Ia masih di Gereja Sumber. Katanya pula, Mbok Luwih tidak hanya membantu petani tetap bertani pasca erupsi tetapi juga mengajak petani untuk bertani dengan cara-cara yang ramah lingkungan.
Pintu masuk tersebut di masuki pula gagasan tentang pertanian ramah lingkungan. Mumpung objeknya sempit yakni di pekarangan. Kalau tidak terjadi erupsi dan lahannya rusak mana mau petani bertani secara ramah lingkungan. Sudah tahu kan jawaban petani, "Hasilnya nggak sebagus di mes mas". Di lahan sesempit pekarangan tanaman bisa dikelola secara intensif tanpa harus pergi jauh dari rumah. Tanaman bisa mendapatkan lebih banyak perhatian tanpa di mess. Itulah intinya pertanian bukan tentang input yang dipakai tetapi tentang cara merawat tanamannya.
Pintu masuk, kadang berada di depan rumah. Orang yang punya rumah pasti sudah hafal dengan pintu masuk tersebut. Cobalah cari pintu yang lain yang bisa membuat tuan rumah percaya dengan kamu. Jadilah saudaranya maka kamu akan dipercaya tuan rumah.
Comments
Post a Comment