Pemanasan global, efek rumah kaca, perubahan iklim atau apapun istilahnya memang sudah menjadi rahasia umum akan tetapi tidak semua orang tahu tentang hal itu. Demikian pula beberapa ibu rumah tangga di Dusun Daraman, Srimartani, Piyungan, Bantul, mereka adalah bagian dari masyarakat modern. "Oo... Ooo..." kata mereka, sambil berekspresi keheranan setelah mendapatkan penjelasan tentang global warming. Mereka tahu bumi ini telah berubah "Nyelot suwe tambah panas mas donyone...." ungkap salah satu dari mereka, tetapi mereka tidak banyak tahu penyebabnya. Mereka heran setelah tahu bahwa pestisida dan pupuk kimia anorganik memiliki gas rumah kaca yang menyebabkan efek rumah kaca. Mereka juga heran ternyata pemanasan global menyebabkan banyak terjadinya bencana alam, seperti kekeringan dan banjir, tak terpikirkan sebelumnya.
Pagi itu tidak banyak yang datang, bisa dihitung dengan jari. Diwaktu yang sama pak dukuh mengadakan acara yang bekerjasama dengan salah satu perusahaan minyak kayu putih plus dengan beragam doorprizenya, ibu-ibu mungkin lupa dengan jadwal yang mereka buat sendiri. Pukul delapan pagi telah terlewati sampai pukul sembilan baru dimulai. Atau mungkin mereka lebih tertarik dengan acaranya pak dukuh hingga mereka lupa dengan jadwal yang dibuatnya sendiri. Tak bertambah jumlah yang datang, yang sudah di ruangan tampak gelisah menunggu barangkali ada yang datang lagi.
Kegelisahan mereka pudar setelah tahu tentang masalah yang sangat serius, rasa ingin menyudahi acara ini sirna setelah tahu masalah itu. Masalah tentang kerusakan lingkungan, yang bagi masyarakat lainnya sudah tahu pasti seluk beluk dan penyebabnya. Tapi mereka baru tahu tentang hal itu, sesekali mereka geli meilhat gambar ledakan ulat bulu atau tomcat yang masuk ke rumah penduduk, "Astaghfirullah..." waktu mereka melihat gambar banjir. Nampaknya gambar-gambar tentang dampak pemanasan global cukup menggugah hati dan pikiran mereka, yang baru pertama kali tahu tentang hal itu.
Setelah mereka tahu, mereka mau berbuat sesuatu. Perlahan sudah mereka lakukan dengan meninggalkan bahan sintetis dalam bercocok tanam, mereka melakukan home farming, melalui ruang kecil tersebut mereka melakukan perubahan. Berbeda dengan orang yang sudah tahu tentang masalah lingkungan tetapi tidak melakukan perubahan.
Kepedulian terhadap lingkungan bisa dibilang seperti sebuah ibadah. "Apakah kita benar-benar tulus menyembah pada-Nya atau mungkin kita hanya takut pada neraka dan inginkan surga" (Dhani). Karena beribadah bukanlah karena takut neraka dan inginkan surga. Begitu pula melestarikan lingkungan bukan karena takut terjadi bencana dan menginginkan kenyamanan. Imagine there's no heaven..... No hell below us... (Lennon).
Pagi itu tidak banyak yang datang, bisa dihitung dengan jari. Diwaktu yang sama pak dukuh mengadakan acara yang bekerjasama dengan salah satu perusahaan minyak kayu putih plus dengan beragam doorprizenya, ibu-ibu mungkin lupa dengan jadwal yang mereka buat sendiri. Pukul delapan pagi telah terlewati sampai pukul sembilan baru dimulai. Atau mungkin mereka lebih tertarik dengan acaranya pak dukuh hingga mereka lupa dengan jadwal yang dibuatnya sendiri. Tak bertambah jumlah yang datang, yang sudah di ruangan tampak gelisah menunggu barangkali ada yang datang lagi.
Kegelisahan mereka pudar setelah tahu tentang masalah yang sangat serius, rasa ingin menyudahi acara ini sirna setelah tahu masalah itu. Masalah tentang kerusakan lingkungan, yang bagi masyarakat lainnya sudah tahu pasti seluk beluk dan penyebabnya. Tapi mereka baru tahu tentang hal itu, sesekali mereka geli meilhat gambar ledakan ulat bulu atau tomcat yang masuk ke rumah penduduk, "Astaghfirullah..." waktu mereka melihat gambar banjir. Nampaknya gambar-gambar tentang dampak pemanasan global cukup menggugah hati dan pikiran mereka, yang baru pertama kali tahu tentang hal itu.
Setelah mereka tahu, mereka mau berbuat sesuatu. Perlahan sudah mereka lakukan dengan meninggalkan bahan sintetis dalam bercocok tanam, mereka melakukan home farming, melalui ruang kecil tersebut mereka melakukan perubahan. Berbeda dengan orang yang sudah tahu tentang masalah lingkungan tetapi tidak melakukan perubahan.
Kepedulian terhadap lingkungan bisa dibilang seperti sebuah ibadah. "Apakah kita benar-benar tulus menyembah pada-Nya atau mungkin kita hanya takut pada neraka dan inginkan surga" (Dhani). Karena beribadah bukanlah karena takut neraka dan inginkan surga. Begitu pula melestarikan lingkungan bukan karena takut terjadi bencana dan menginginkan kenyamanan. Imagine there's no heaven..... No hell below us... (Lennon).
Comments
Post a Comment